Diskusi Depok – Menyusul polemik pelaksanaan program Sembako Rakyat Minyak Jelantah atau Sera Mijel di SMP Negeri 13 Depok, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok bergerak cepat dengan memanggil langsung Kepala Sekolah, Farida Nurbaiti, untuk memberikan klarifikasi.
Kepala Bidang Pembinaan SMP Disdik Kota Depok, Muhammad Yusuf, menjelaskan bahwa pemanggilan tersebut dilakukan untuk meminta penjelasan menyeluruh terkait mekanisme dan tujuan pelaksanaan program yang belakangan menuai sorotan publik.
“Saya sudah mendapatkan klarifikasi dari kepala sekolah, mulai dari proses pelaksanaan hingga alasan penggunaan metode tersebut,” ujar Yusuf kepada Radar Depok, Kamis (20/10).
Menurutnya, hingga saat ini belum ada aturan baku yang secara khusus mengatur tata cara pelaksanaan program Sera Mijel di sekolah-sekolah. Namun, secara umum program ini dikenal dengan konsep penukaran 3 liter minyak jelantah menjadi 1 liter minyak goreng baru sebagai bentuk edukasi daur ulang dan kepedulian lingkungan.
“Setelah mendapatkan penjelasan, saya justru mengapresiasi inisiatif pihak sekolah. Ternyata, hasil dari penjualan minyak jelantah bersih yang dikumpulkan itu digunakan untuk membeli pot dan pepohonan, lalu ditanam di lingkungan sekolah sebagai bagian dari program penghijauan,” tutur Yusuf.
Ia menilai bahwa terlepas dari polemik di masyarakat, semangat di balik program tersebut sejalan dengan upaya edukatif dan ekologis, yakni mengajarkan siswa tentang pentingnya menjaga lingkungan serta mengelola limbah rumah tangga dengan bijak.
“Ke depan, kami akan melakukan evaluasi dan penyusunan pedoman resmi agar pelaksanaan kegiatan seperti ini bisa lebih terarah, transparan, dan tidak menimbulkan salah tafsir di masyarakat,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala SMPN 13 Depok, Farida Nurbaiti, menyatakan pihaknya siap mengikuti arahan Disdik dan akan memperbaiki tata kelola program agar lebih sesuai dengan kebijakan pendidikan berwawasan lingkungan.
Program Sera Mijel sendiri merupakan gerakan sosial yang mendorong masyarakat untuk menukar minyak goreng bekas (jelantah) dengan produk baru yang layak konsumsi. Di sejumlah wilayah, program ini juga dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan daur ulang, pemberdayaan warga, dan penghijauan lingkungan sekolah.
